Chester Bennington, Korban Pelecehan Seksual yang Jadi Rocker Terkenal
A
A
A
JAKARTA - Kehidupan Chester Bennington bukanlah sebuah dongeng yang bisa diceritakan dengan indah. Kepahitan dan penderitaan mewarnai 41 tahun perjalanan hidup vokalis Linkin Park.
Chester lahir pada 20 Maret 1976 di Phoenix, Arizona, sebagai anak seorang polisi. Dia mengalami masa anak-anak yang sangat keras. Seorang pria tua melecehkannya secara seksual dan memukulinya sejak dia berusia 7 tahun.
“Itu menghancurkan kepercayaan diri saya. Seperti sebagian besar orang, saya terlalu takut untuk mengungkapkannya. Saya tidak mau orang-orang mengira saya gay atau saya bohong. Itu adalah pengalaman yang mengerikan,” papar Chester kepada Metal Hammer seperti dilansir Rolling Stone.
Penderitaan hidupnya tak berhenti di situ saja. Saat dia berusia 11 tahun, orangtuanya bercerai dan dia terpaksa tinggal bersama ayahnya. Dia akhirnya menemukan narkoba, dengan mengonsumsi opium, amphetamine, ganja dan kokain bersama alkohol.
“Saya bisa mengonsumsi asam hingga 11 kali tiap hari. Saya pakai asam itu terlalu banyak asam sampai saya kaget sama masih bisa bicara. Saya menghisap banyak kokain, sedikit sabu dan hanya duduk dan ketakutan. Kemudian saya mengisap opium untuk menenangkan diri. Berat badan saya 49 kilogram. Ibu saya bilang saya seperti orang yang baru keluar Auschwitz (kamp konsentrasi Yahudi). Jadi saya memakai ganja untuk keluar dari narkoba. Tiap kali saya sakau, saya mengisap ganja,” tutur Chester pada 2016 silam.
Setelah sebuah geng menerobos rumah temannya dimana dia biasa memakai narkoba dan memukuli teman-temannya dengan pistol, Chester meninggalkan narkoba pada 1992, meski kecanduan itu kembali muncul pada kehidupannya nanti. Dia kemudian pindah ke Los Angeles, dimana dia ikut audisi band yang akan menjadi Linkin Park.
Sebelum Chester bergabung, band itu awalnya bernama Xero dan dibentuk di Agoura Hills, California, pada 1996, dengan digawangi Mike Shinoda, Brad Delson (gitaris), Dave Farrell (bassist), Rob Bourdon (drummer) dan Joe Hahn (DJ). Setelah Chester—yang sebelumnya menjadi vokalis Grey Daze—menggantikan vokalis asli Xero, Mark Wakefield, lineup Hybrid Theory Linkin Park pun terbentuk.
Hybrid Theory muncul pada puncak meledaknya nu metal dan segera mendominasi chart Billboard, sebagian berkat airplay yang banyak di MTV. Single One Step Closer, Crawling, dan In the End semuanya menduduki peringkat tinggi di chart rock mainstream. In the End juga masuk ke chart lagu pop dengan mencapai peringkat dua dan meraih sertifikasi emas. Crawling membuat band ini mendapatkan Grammy pertama mereka untuk kategori Best Hard Rock Performance.
Album selanjutnya Linkin Park yang dirilis pada 2003, yaitu Meteora, juga menduduki peringkat pertama chart Billboard. Sebagian berkat kesuksesan single platinum mereka, Numb, yang menampilkan teriakan Chester tentang perasaan mematikan dunia.
Kesuksesan ini membawa band itu berkolaborasi dengan Jay-Z pada 2004 denga menghasilkan Collision Course—single nomor satu yang mengolaborasikan Papercut dengan Big Pimpin milik Jay-Z dan One Step Closer dengan 99 Problems. Mash-up Numb dengan Encore memenangkan sebuah Grammy untuk Best Rap/Sung Performance.
Sayang, pada saat kesuksesan awal Linkin Park, Chester kembali kecanduan narkoba. “Tur yang kami jalani di awal, semua orang minum-minum atau memakai narkoba. Saya rasa tidak ada yang waras saat itu,” ujar Mike kepada The Guardian.
Chester berhasil meninggalkan narkoba pada 2006. Dia kemudian merayakan kesembuhannya itu dan menggunakannya sebagai bahan bakar untuk musiknya.
“Jadi alkoholik itu tidak keren. Minum-minuman keras dan jadi orang brengsek itu tidak keren. Menjadi bagian dari pemulihan itu keren. Sebagian besar karya saya adalah refleksi dari apa yang saya alami,” beber Chester kepada Spin pada 2009.
Album Linkin Park pada 2009, Minutes to Midnight, memperlihatkan band itu yang meninggalkan agresi nu metal pada awal masa karier mereka. Co-producer Rick Rubin membantu mereka untuk lebih fokus pada rock klasik dengan bayangan U2. Risiko itu diambil untuk hits semacam What I’ve Done, Bleed It Out dan Shadow of the Day yang semuanya bersertifikasi platinum dan multiplatinum.
Linkin Park meneruskan kariernya dengan rock elektronik pada A Thousand Suns pada 2010 dan Living Thing pada 2012. Meskipun ada perubahan pada suara, mereka tetap mampu mengklaim posisi nomor satu di chart rock mainstream dan alt-rock dengan Burn It Down pada 2012 dimana Chester menyanyi dengan penuh lengkingan dan suara yang jelas.
Pada 2005, Chester membentuk Dead by Sunrise, sebuah proyek sampingan lagu-lagu yang dia rasa tidak pas dengan gaya Linkin Park. Band ini menampilkan anggota Orgy dan Street Drum Crops. Debut mereka, Out of Ashes, yang dirilis pada 2009, mencapai nomor 29 di chart Billboard.
“Lagu-lagu itu lebih gelap dan lebih moody dari apa yang saya bawa untuk band. Jadi saya memutuskan untuk mengerjakan mereka sendiri,” kata Chester kepada Metal Hammer.
Pada 2013, dia bergabung dengan Stone Temple Pilots setelah band itu memecat Scott Weiland. Sebelumnya, dia menampilkan hits Dead and Bloated dan Wonderful bersama band tersebut pada 2001 di Family Values Tour. Mereka merilis EP High Rise tahun itu dan tur selama dua tahun berikutnya. Pada 2015, Chester meninggalkan band itu untuk mengabdikan waktunya untuk Linkin Park dan keluarganya.
“Saya menciptakan dan tampil bersama salah satu band rock terbaik generasi kita, yang begitu berpengaruh pada saat saya tumbuh. Dengan jumlah waktu yang layak didapatkan STP, sebagai tambahan di Linkin Park, dan dengan kebutuhan keluarga saya, salah satu dari mereka selalu terlihat tertinggal,” papar Chester saat itu.
Chester kemudian kembali tampil bersama Robert DeLeo dari Stone Temple Pilots di Kings of Chaos, supergroup yang menampilkan cover lagu STP. Band ini juga dianggotai personel Guns N Roses, the Cult, Sliptknot dan ZZ Top selama Chester menjadi personelnya.
Selain proyek utamanya, Chester juga menjadi penampil tamu di sejumlah lagu Santana, Young Buck, Mindless Self Indulgence, DJ Lethal, Motley Crue dan Chris Cornell. Dia juga muncul di dua film Crank dan Saw 3D.
Sementara, The Hunting Party yang dirilis Linkin Park pada 2014 memperlihatkan kembalinya band ini ke rock yang lebih keras tapi kurang sukses. Album terbaru mereka, One More Light, yang dirilis tahun ini memperlihatkan perubahan Linkin Park yang menjadi sangat pop. Menghadapi kemarahan para fans yang menyebut Linkin Park melembutkan suaranya sejak Hybrid Theory, Chester punya jawabannya. “Ini adalah album yang hebat, kami menyukainya. Seperti, move on,” ujar dia.
Single pertama album itu, Heavy, menampilkan duet Chester dengan penyanyi berusia 22 tahun, Kiiara. Lagu itu baru masuk tangga tengah pop ketika Chester tewas, meskipun albumnya debut di puncak tangga. Band itu baru-baru ini menampilkan lagu One More Light di Jimmy Kimmel Live sebagai penghormatan untuk Chris Cornell, pentolan Soundgarden, yang tewas akibat gantung diri pada 17 Mei lalu.
“Siapa yang peduli kalau satu lagi lampu padam. Saya,” kata Chester dalam nyayiannya.
Meskipun Linkin Park sukses dan kolaborasinya dengan Stone Temple Pilots serta Dead by Sunrise juga diterima dengan baik, Chester bukanlah sosok yang sombong. Dia selalu berusaha untuk rendah hati.
“Ide bahwa kesuksesan itu sama dengan kebahagiaan membuat saya jengkel. Lucu kalau mengira hanya karena kalian sukses, kalian kebal dari pengalaman manusia secara utuh. Tapi, kami juga menyadari bahwa kami bukan lagi anak-anak; kami bukan anak-anak muda dengan kemarahan remaja dan perasaan mengapa dunia membuat saya jengkel dan menemukan cara untuk mengungkapkannya. Kami mencapai banyak sukses dan banyak hal hebat terjadi pada kami, tapi ada juga hal-hal yang benar-benar penting bagi kami. Ketika kami berbicara dengan isi lirik, kami tidak bisa kembali menjadi anak-anak yang sedang marah. Kami harus membahas sesuatu yang masuk akal pada siapa kami hari ini,” tutur Chester.
Chester Bennington ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di rumahnya di Palos Verdes Estates, Los Angeles, Kamis (20/7/2017) sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Chester tewas diduga akibat bunuh diri dengan cara gantung diri. Kematiannya terjadi tepat di hari ketika mendiang vokalis Soundgarden, Chris Cornell, seharusnya berulang tahun ke-53. Keduanya dikenal bersahabat dekat.
Chester lahir pada 20 Maret 1976 di Phoenix, Arizona, sebagai anak seorang polisi. Dia mengalami masa anak-anak yang sangat keras. Seorang pria tua melecehkannya secara seksual dan memukulinya sejak dia berusia 7 tahun.
“Itu menghancurkan kepercayaan diri saya. Seperti sebagian besar orang, saya terlalu takut untuk mengungkapkannya. Saya tidak mau orang-orang mengira saya gay atau saya bohong. Itu adalah pengalaman yang mengerikan,” papar Chester kepada Metal Hammer seperti dilansir Rolling Stone.
Penderitaan hidupnya tak berhenti di situ saja. Saat dia berusia 11 tahun, orangtuanya bercerai dan dia terpaksa tinggal bersama ayahnya. Dia akhirnya menemukan narkoba, dengan mengonsumsi opium, amphetamine, ganja dan kokain bersama alkohol.
“Saya bisa mengonsumsi asam hingga 11 kali tiap hari. Saya pakai asam itu terlalu banyak asam sampai saya kaget sama masih bisa bicara. Saya menghisap banyak kokain, sedikit sabu dan hanya duduk dan ketakutan. Kemudian saya mengisap opium untuk menenangkan diri. Berat badan saya 49 kilogram. Ibu saya bilang saya seperti orang yang baru keluar Auschwitz (kamp konsentrasi Yahudi). Jadi saya memakai ganja untuk keluar dari narkoba. Tiap kali saya sakau, saya mengisap ganja,” tutur Chester pada 2016 silam.
Setelah sebuah geng menerobos rumah temannya dimana dia biasa memakai narkoba dan memukuli teman-temannya dengan pistol, Chester meninggalkan narkoba pada 1992, meski kecanduan itu kembali muncul pada kehidupannya nanti. Dia kemudian pindah ke Los Angeles, dimana dia ikut audisi band yang akan menjadi Linkin Park.
Sebelum Chester bergabung, band itu awalnya bernama Xero dan dibentuk di Agoura Hills, California, pada 1996, dengan digawangi Mike Shinoda, Brad Delson (gitaris), Dave Farrell (bassist), Rob Bourdon (drummer) dan Joe Hahn (DJ). Setelah Chester—yang sebelumnya menjadi vokalis Grey Daze—menggantikan vokalis asli Xero, Mark Wakefield, lineup Hybrid Theory Linkin Park pun terbentuk.
Hybrid Theory muncul pada puncak meledaknya nu metal dan segera mendominasi chart Billboard, sebagian berkat airplay yang banyak di MTV. Single One Step Closer, Crawling, dan In the End semuanya menduduki peringkat tinggi di chart rock mainstream. In the End juga masuk ke chart lagu pop dengan mencapai peringkat dua dan meraih sertifikasi emas. Crawling membuat band ini mendapatkan Grammy pertama mereka untuk kategori Best Hard Rock Performance.
Album selanjutnya Linkin Park yang dirilis pada 2003, yaitu Meteora, juga menduduki peringkat pertama chart Billboard. Sebagian berkat kesuksesan single platinum mereka, Numb, yang menampilkan teriakan Chester tentang perasaan mematikan dunia.
Kesuksesan ini membawa band itu berkolaborasi dengan Jay-Z pada 2004 denga menghasilkan Collision Course—single nomor satu yang mengolaborasikan Papercut dengan Big Pimpin milik Jay-Z dan One Step Closer dengan 99 Problems. Mash-up Numb dengan Encore memenangkan sebuah Grammy untuk Best Rap/Sung Performance.
Sayang, pada saat kesuksesan awal Linkin Park, Chester kembali kecanduan narkoba. “Tur yang kami jalani di awal, semua orang minum-minum atau memakai narkoba. Saya rasa tidak ada yang waras saat itu,” ujar Mike kepada The Guardian.
Chester berhasil meninggalkan narkoba pada 2006. Dia kemudian merayakan kesembuhannya itu dan menggunakannya sebagai bahan bakar untuk musiknya.
“Jadi alkoholik itu tidak keren. Minum-minuman keras dan jadi orang brengsek itu tidak keren. Menjadi bagian dari pemulihan itu keren. Sebagian besar karya saya adalah refleksi dari apa yang saya alami,” beber Chester kepada Spin pada 2009.
Album Linkin Park pada 2009, Minutes to Midnight, memperlihatkan band itu yang meninggalkan agresi nu metal pada awal masa karier mereka. Co-producer Rick Rubin membantu mereka untuk lebih fokus pada rock klasik dengan bayangan U2. Risiko itu diambil untuk hits semacam What I’ve Done, Bleed It Out dan Shadow of the Day yang semuanya bersertifikasi platinum dan multiplatinum.
Linkin Park meneruskan kariernya dengan rock elektronik pada A Thousand Suns pada 2010 dan Living Thing pada 2012. Meskipun ada perubahan pada suara, mereka tetap mampu mengklaim posisi nomor satu di chart rock mainstream dan alt-rock dengan Burn It Down pada 2012 dimana Chester menyanyi dengan penuh lengkingan dan suara yang jelas.
Pada 2005, Chester membentuk Dead by Sunrise, sebuah proyek sampingan lagu-lagu yang dia rasa tidak pas dengan gaya Linkin Park. Band ini menampilkan anggota Orgy dan Street Drum Crops. Debut mereka, Out of Ashes, yang dirilis pada 2009, mencapai nomor 29 di chart Billboard.
“Lagu-lagu itu lebih gelap dan lebih moody dari apa yang saya bawa untuk band. Jadi saya memutuskan untuk mengerjakan mereka sendiri,” kata Chester kepada Metal Hammer.
Pada 2013, dia bergabung dengan Stone Temple Pilots setelah band itu memecat Scott Weiland. Sebelumnya, dia menampilkan hits Dead and Bloated dan Wonderful bersama band tersebut pada 2001 di Family Values Tour. Mereka merilis EP High Rise tahun itu dan tur selama dua tahun berikutnya. Pada 2015, Chester meninggalkan band itu untuk mengabdikan waktunya untuk Linkin Park dan keluarganya.
“Saya menciptakan dan tampil bersama salah satu band rock terbaik generasi kita, yang begitu berpengaruh pada saat saya tumbuh. Dengan jumlah waktu yang layak didapatkan STP, sebagai tambahan di Linkin Park, dan dengan kebutuhan keluarga saya, salah satu dari mereka selalu terlihat tertinggal,” papar Chester saat itu.
Chester kemudian kembali tampil bersama Robert DeLeo dari Stone Temple Pilots di Kings of Chaos, supergroup yang menampilkan cover lagu STP. Band ini juga dianggotai personel Guns N Roses, the Cult, Sliptknot dan ZZ Top selama Chester menjadi personelnya.
Selain proyek utamanya, Chester juga menjadi penampil tamu di sejumlah lagu Santana, Young Buck, Mindless Self Indulgence, DJ Lethal, Motley Crue dan Chris Cornell. Dia juga muncul di dua film Crank dan Saw 3D.
Sementara, The Hunting Party yang dirilis Linkin Park pada 2014 memperlihatkan kembalinya band ini ke rock yang lebih keras tapi kurang sukses. Album terbaru mereka, One More Light, yang dirilis tahun ini memperlihatkan perubahan Linkin Park yang menjadi sangat pop. Menghadapi kemarahan para fans yang menyebut Linkin Park melembutkan suaranya sejak Hybrid Theory, Chester punya jawabannya. “Ini adalah album yang hebat, kami menyukainya. Seperti, move on,” ujar dia.
Single pertama album itu, Heavy, menampilkan duet Chester dengan penyanyi berusia 22 tahun, Kiiara. Lagu itu baru masuk tangga tengah pop ketika Chester tewas, meskipun albumnya debut di puncak tangga. Band itu baru-baru ini menampilkan lagu One More Light di Jimmy Kimmel Live sebagai penghormatan untuk Chris Cornell, pentolan Soundgarden, yang tewas akibat gantung diri pada 17 Mei lalu.
“Siapa yang peduli kalau satu lagi lampu padam. Saya,” kata Chester dalam nyayiannya.
Meskipun Linkin Park sukses dan kolaborasinya dengan Stone Temple Pilots serta Dead by Sunrise juga diterima dengan baik, Chester bukanlah sosok yang sombong. Dia selalu berusaha untuk rendah hati.
“Ide bahwa kesuksesan itu sama dengan kebahagiaan membuat saya jengkel. Lucu kalau mengira hanya karena kalian sukses, kalian kebal dari pengalaman manusia secara utuh. Tapi, kami juga menyadari bahwa kami bukan lagi anak-anak; kami bukan anak-anak muda dengan kemarahan remaja dan perasaan mengapa dunia membuat saya jengkel dan menemukan cara untuk mengungkapkannya. Kami mencapai banyak sukses dan banyak hal hebat terjadi pada kami, tapi ada juga hal-hal yang benar-benar penting bagi kami. Ketika kami berbicara dengan isi lirik, kami tidak bisa kembali menjadi anak-anak yang sedang marah. Kami harus membahas sesuatu yang masuk akal pada siapa kami hari ini,” tutur Chester.
Chester Bennington ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di rumahnya di Palos Verdes Estates, Los Angeles, Kamis (20/7/2017) sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Chester tewas diduga akibat bunuh diri dengan cara gantung diri. Kematiannya terjadi tepat di hari ketika mendiang vokalis Soundgarden, Chris Cornell, seharusnya berulang tahun ke-53. Keduanya dikenal bersahabat dekat.
(alv)